Judul: Melawan Globalisasi (Reinterpretasi Ajaran Islam; Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani)
Penulis: Dr. A. Qodri Azizy
Penerbit: Pustaka Pelajar, Cet. 3, 2004
Tebal: 216 hlm
Tekhnologi internet menawarkan dua budaya; budaya Hollywood dan budaya perpustakaan. Sayangnya, budaya Hollywood yang menawarkan pornografi, budaya masa, materialisme dan hedonism lebih menarik bagi generasi Y. Kehadiran internet, dengan kata lain, belum mampu menciptakan budaya perpustakaan serta meningkatkan etos pencarian dan pengembangan ilmu bangsa kita. Terhadap ‘ancaman’ ini, sejatinya Islam sebagai ‘agama pendidikan’ mempunyai peran besar. Dengan landasan amaliah keimanannya, pendidikan Islam harus mampu memberi benteng penangkal pengaruh budaya Hollywood.
Pada saat yang bersamaan, pendidikan Islam harus mampu membuat ‘screening’ dan memanfaatkan kehadiran internet untuk membangun budaya ilmu dan budaya perpustakaan. Ini menghajatkan sebuah sikap proaktif dan membuang sikap reaktif. Selain itu, hendaknya kita menempatkan posisi Islam bukan sebagai korban (victim) dari era internet. Kehadiran ruang virtual internet justru harus dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan Islam kepada generasi kita. Penyebaran nilai-nilai Islam lewat internet akan lebih cepat mewujudkan Islam sebagai yukhrijuhum min al-zhulumat ila al-nur (pengentaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya).
Sebagaimana dalam ajaran Islam lebih menekankan keseimbangan antara dunia dan akherat. Dari ajaran tersebut menjadikan kita mampu mendialogkan antara kepentingan dunia dan akherat. Nilai Islam menjadikan landasan, dasar motifasi dan inspirasi kebaikan dan kemajuan dunia. (Qodri Azizy: 2003).
Dalam menghadapi arus globalisasi ini mejadaikan kita harus bersikap kritis dan penuh hati-hati. Menurut Qodri Azizy masyarakat Islam dalam menilai globalisasi tersebut terbagi menjadi tiga farian besar:
Penulis: Dr. A. Qodri Azizy
Penerbit: Pustaka Pelajar, Cet. 3, 2004
Tebal: 216 hlm
Tekhnologi internet menawarkan dua budaya; budaya Hollywood dan budaya perpustakaan. Sayangnya, budaya Hollywood yang menawarkan pornografi, budaya masa, materialisme dan hedonism lebih menarik bagi generasi Y. Kehadiran internet, dengan kata lain, belum mampu menciptakan budaya perpustakaan serta meningkatkan etos pencarian dan pengembangan ilmu bangsa kita. Terhadap ‘ancaman’ ini, sejatinya Islam sebagai ‘agama pendidikan’ mempunyai peran besar. Dengan landasan amaliah keimanannya, pendidikan Islam harus mampu memberi benteng penangkal pengaruh budaya Hollywood.
Pada saat yang bersamaan, pendidikan Islam harus mampu membuat ‘screening’ dan memanfaatkan kehadiran internet untuk membangun budaya ilmu dan budaya perpustakaan. Ini menghajatkan sebuah sikap proaktif dan membuang sikap reaktif. Selain itu, hendaknya kita menempatkan posisi Islam bukan sebagai korban (victim) dari era internet. Kehadiran ruang virtual internet justru harus dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan Islam kepada generasi kita. Penyebaran nilai-nilai Islam lewat internet akan lebih cepat mewujudkan Islam sebagai yukhrijuhum min al-zhulumat ila al-nur (pengentaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya).
Sebagaimana dalam ajaran Islam lebih menekankan keseimbangan antara dunia dan akherat. Dari ajaran tersebut menjadikan kita mampu mendialogkan antara kepentingan dunia dan akherat. Nilai Islam menjadikan landasan, dasar motifasi dan inspirasi kebaikan dan kemajuan dunia. (Qodri Azizy: 2003).
Dalam menghadapi arus globalisasi ini mejadaikan kita harus bersikap kritis dan penuh hati-hati. Menurut Qodri Azizy masyarakat Islam dalam menilai globalisasi tersebut terbagi menjadi tiga farian besar:
- Sikap dari golongan kaum Muslimin yang anti barat dan anti modernisme.
- Kelompok yang terpengaruh oleh modernisasi dan sekulerisasi, kelompok tersebut menjadikan pemisahan antara agama dan politik atau maslah keduniaan lainnya. Kelompok ini menjadikan barat sebagai kiblat dan role mode masa depan atau bahkan menjadikan barat menjadi way of life.
- Kelompok yang bersikap kritis dan dan secara otomatis tidak bersikap anti terhadap barat dan modernisasi. Kelompok tersebut menerima dari barat degan menggunakan penyarinan dan melakukan pembenahan apabila tidak sesuai dengan prinsip mereka. Kelompok ketiga ini melakukan kerjasama dengan barat dan menunjukan identitasnya.
0 Post a Comment:
Posting Komentar