Kolaborasi Tari kuda Lumping khas budaya Nusantara dalam serial drama QOIS LAILA dari kitab karya Syech Nizami Al Ganjavi. Lakon ini ditampilkan pada HUT 11 MA DARUSSA'ADAH Rowosari Kendal, Rabu 4 Mei 2016. Tarian ini menggambarkan semangat heroik bagi lakon Qois yang memiliki kecedasan istimewa dan keahlian luar biasa dalam bidang seni. Termasuk seni berperang. Silahkan simak Video di bawah ini:
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian
tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda.
Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya
yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut
tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang.
Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna.
Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit
berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan
atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi
memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Meskipun
tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh
kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar
Indonesia seperti di Malaysia ,Suriname, Hongkong, Jepang dan Amerika.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa
kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan
dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung
atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai
jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula
tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang
menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan
pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas,
berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran
kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan
lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping
merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis,
dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan
layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan
atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti
atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri,
berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini
merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di
lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang
dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Sumber Bacaan : https://id.wikipedia.org
Bismillah...
BalasHapus