Hingga pada 3 tahun berikutnya pada 2008 berdiri Madrasah Tsanawiyah (MTs) disusul Pondok Pesantren dengan nama yang tidak beda, Darussa'adah. Konon, penamaan ini dari almarhum KH. Abdullah bin H. Bahri Bulak Rowosari, ayah dua pendiri yayasan; Prof.Dr.H. Ahmad Qodri Abdillah Azizy dan Prof.Dr.H. Masykuri Abdillah.
Berawal dengan melangsungkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Mustabanul Khoirot Bulak Depan Masjid Tanwirul Qulub. MDA yang sudah berdiri puluhan tahun sebelumnya ini bisa disebut sebagai 'embrio' pendidikan di desa ini. Sebelumnya, di gedung MDA yang pendiriannya juga diprakarsai Almarhum KH. Abdullah ini juga pernah berdiri satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Mustabanul Khoirot, dan Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ) Mustabanul Khoirot.
MADRASAH, PILIHAN TERAKHIR?
Tak terkecuali MA dan MTs Darussa'adah yang juga berdiri menyusul di tahun berikutnya. Terutama MA, berbagai rintang hambat mewarnai kisah langkah perjuangannya. Kendati kini sudah memiliki gedung sendiri yang tidak jauh dari tempat lama, ia terus berupaya meneguhkan arah perjuangannya. Terlebih berdiri di lingkungan pedesaan, dimana pendidikan agama seperti MA menjadi pilihan terakhir.
"Memang di lingkungan pedesaan, untuk pendidikan tingkat atas peserta didik lebih memilih sekolah kejuruan", ujar Prof. Masykuri Abdillah usai Halal Bi Halal Keluarga besar Yayasan Darussa'adah pada Kamis siang (7/7) di Kediaman almarhum KH. Abdullah Bulak Rowosari. Ini terbukti di wilayah Kabupaten Kendal, Pendidikan Madrasah Aliyah peminatnya masih relatif minim.
Berbeda dengan masyarakat perkotaan -tertama kota pendidikan- yang orang tua justru memilihkan putra-putrinya pada pendidikan Agama. Seperti di Kota Malang, Yogyakarta, Jakarta, Madrasah menjadi pilihan nomer "wahid".
MENEGUHKAN ARAH PERJUANGAN
Fenomena di atas menggejala hampir di setiap lingkungan yang masih disebut 'desa'. Namun, gejala ini patut dijadikan bahan refleksi sebagai pijakan loncatan pada perjuangan berikutnya. Tak terkecuali Yayasan Darussa'adah ditutuntut terus meneguhkan arah perjuangan pada jalur pendidikan yang telah dipilih sejak berdirinya.
Peningkatan mutu tenaga pendidik menjadi pilar penting dan tak terelakkan. Semakin banyak guru dengan predikat "bersertifikasi" diharapkan mampu mendongkrak out put peserta didik yang juga bermutu. Pemenuhan sarana pendidikan juga menjadi prioritas yang tak kalah penting. Kebutuhan sarana peribadatan mendesak untuk segera terwujud. Tak terkecuali prasarana lain yang terkait erat dengan keberlangsungan proses Kegiatan Belajar Mengajar.
Dengan ihtiyar lebih maksimal, dan keyakinan kuat, maka tidak mustahil yayasan ini akan menjadi mercusuar pendidikan yang digandrungi, dan dengan sendirinya akan tampak perkembangan baik kualitas maupun kuantitas. SM
(Sekelumit refleksi dari bincang santai bersama sang akademisi)